Gengsi itu…bagaikan baju yang
selalu melekat pada diri pribadi setiap orang. yup, itu betul. kita gak bisa
lepas dari yang namanya gengsi. Kenapa banyak energi dan uang yang terhambur
tanpa guna hanya demi gengsi yang tak bisa dikejar? Gengsi cenderung terus mendaki
dan tak mau disaingi. Sekali kita menempatkan diri sebagai budak gengsi, maka
tiket perburuan menuju puncak gengsi akan terus menjajah kita. Dan tiket itu
tak mudah, juga tak murah. Sudah banyak yang akhirnya menyerah meski hati belum
puas; sisa hidupnya menjadi neraka dan mereka pun tersudut di pojokan rasa malu
yang luar biasa.
Menurut teori, orang senang
bergengsi jika tujuan tidak jelas, padahal sarananya tersedia. Untuk menutupi
kekurangannya, berupa kurangnya konsep dalam pemikiran, digunakanlah gengsi.
Teori ini berbunyi, kalau orang tidak mempunyai tujuan yang jelas, tetapi
sarananya tersedia, timbul apa yang disebut ritualisme, yaitu upacara-upacara
demi gengsi untuk menyelubungi kekurangan percaya diri. jadi orang yang mengjar
gengsi pada umumnya adalah orang yang tidak memiliki kepercayaan diri.
Pada Umumnya Rumpun bangsa melayu
(baik indonesia maupun malaysia) sering dikatakan memiliki sifat yang suka
pamer dan cenderung latah terhadap apa yang sedang tren. Seringkali hal ini
digolongkan sebagai salah satu kekurangan kita. Beberapa kali imbauan untuk
coba menjadi diri sendiri, menggunakan produksi bangsa sendiri dan bangga
dengan kebudayaan sendiri didengungkan para pemimpin negara demi tujuan semakin
majunya perekonomian bangsa dengan berkurangnya kapital yang dialirkan untuk
keperluan barang-barang konsumsi yang tidak perlu dan boros. Tapi himbauan ini
sepertinya hilang ditelan angin, karena yang menghimbaunya sendiri tidak bisa
memberikan contoh yang baik.
Sering kita lihat disekeliling
kita, banyak orang yg hancur gara2 tidak bisa membedakan gengsi dan harga diri
yg sebenarnya! ........ Sehingga muncul pepatah " Terlalu gengsi, akan
menderita seumur hidup." yup gengsi bisa merusak, gengsi masih menjadi
penyebab utama pengangguran di Indonesia selain minimnya lapangan
pekerjaan.Seandainya gengsi atau malu bisa dihilangkan asalkan pekerjaan
tersebut halal dan tidak melanggar hukum saya kira pengangguran bisa ditekan.
Meskipun gengsi itu tidak enak
dimakan, seringkali dalam hidup ini
kita mati-matian emburunya. Demi gengsi orang bersedia melakukan apa
saja, berapapun besar ongkos dan risikonya. Banyak tindakan
melawan hukum, tatasusila
dan moral, dilakukan demi mengejar
gengsi. jadi masihkah kita terlarut dalam mengejar gengsi, tingginya gengsi merupakan kehancuran diri
sendiri, cobalah kita rendahkan hatikita agar hidup dapat berjalan dengan baik.
Jadi masihkah kita meninggikan Gengsi?
0 komentar
mari berkomentar