Bagi sebagian cowok, dapatin
cinta dari cewek yang didambanya merupakan harga mati. Gunung kan didaki, laut
kan disebrangi. Resiko gak kuat atau tenggelam di tengah jalan itu dipikir
belakangan. Yang penting semangat juang meraih cinta tidak terukur oleh apapun
saking tingginya.
Bagi sebagian cewek, mendapatkan
cowok yang tajir, dewasa, sabar, menyenangkan, dan mampu menyejahterakan
hidupnya secara lahir-batin; adalah ukuran yang sering diidamkan. Bahkan ada
yang sederhana mengukur kriteria ini dengan kalimat"yang penting materinya
melimpah".:-)))
Jika cita-CINTA itu terwujudkan,
maka ada yang mengukur gerbang pernikahan adalah puncak kenikmatan dunia.
Makanya malam pertama dianggap sangat sakral. Tapi tidak sedikit juga yang gak
sabar untuk milih 'curi start' :p. Jadinya malem pertama yang dijalani sebatas
formalitas status, bukan kejutan sensasi he he...he :-))
Hari berganti hari. Bulan
berganti bulan. Perjalanan pasangan yang saling mendambakan ini terus
menghitung waktu menjalani kehidupan ini. Ternyata, jalan kehidupan tidak
selalu di puncak kemesraan, walau publik sering melihat pasangan ini terkesan
fine-fine ajah. Jalan kehidupan demikian berliku, berkelok, berlubang, naik
turun, dan kadang membuat kita sering terjatuh dan terjatuh lagi. Hingga,
kesetiaan yang menjadi slogan terucap saat pertama kali berpegangan tangan
bersumpah setia, menjadi sebuah kata kosong hilang rasa.
Ternyata godaan datang silih
berganti. Namanya godaan, tentu terukur "lebih baik" secara logika,
dibanding pasangannya kini. Bagi cowok, biasanya "baik" dimaknai
ukuran "fisik". Bagi cewek, biasanya dimaknai "kemapanan".
Fisik tidak lagi se-aduhai dan se-maknyuss dulu. Kemapanan kadang hanya tinggal
janji. Betapa, terbukti sangat mudah mendapatkan pesaing yang jauh lebih baik
dari pasangan kita. Masalahnya tinggal 2 hal, (1) apakah penggoda itu mau
dengan kita, dan (2) apakah kita itu mau dengan penggoda itu.
Sang penggoda akan datang makin
banyak jika kita mempunyai kelebihan harta atau kedudukan/jabatan atau status
kebangsawanan atau profesi tertentu yang mampu memukau massa. Ngapain sih
menggoda, kalo gak dapat hasil apa-apa. Begitu juga kita akan mudah tergoda
makala merasa LEBIH cantik/ganteng, kaya, berpangkat, dan status superior
lainnya.
Alasan kita membuka diri untuk
penggoda pun bermacam-macam dalih. Ada karena tidak dipuaskan lagi dengan
pasangan, ada yang terpaksa, dll. Tapi yang jelas banyak diantara kita yang
aslinya bosan dengan pasangan. Manusia memang di-cap dari orok punya sifat
mudah bosan dan sulit berterima kasih, kecuali orang-orang yang terpilih.
Bagaimana membangun kesetiaan?
ada yang beralasan karena punya rasa cinta mati, yang tak lapuk oleh
kerut-kerut ke-tua-an. Ada yang setia dengan alasan menghormati pengorbanan
pasangan. Ingat sejarah betapa dulu merangkak, jatuh, senyum dan menangis
bersama (kompak bener dah, :-)). Ada juga yang karena gak ada lagi yang mau
dengan kita he he :-((
Mengukur kesetiaan tidak hanya
sekedar dari fisik, materi, sex, pangkat dan kekuasaan. Kesetiaan butuh rasa
pengertian dari pasangan. Pasangan berarti 2 pihak yang saling membutuhkan dan
saling melengkapi. Menentukan pasangan tentu berdasar kriteria kecocokan yang
paling banyak, atau perbedaan paling kecil. Sejak awal membina, kita harus
paham bahwa dibalik kelebihan yang menggoda, tentu tersembunyi kekurangan di
banyak sudut.
Alangkah gegabahnya jika kita
menuntut ke-abadi-an di dunia yang fana ini. Fana artinya tidak ada yang abadi.
Keabadian adalah milik-NYA. Sebagai hamba, perlukah kita menuntut kekuasaan
setinggi DIA. Pasangan adalah bagian ke-fana-an dunia ini. Namun pasangan dapat
diajak menggapai kebahagiaan yang abadi di kehidupan berikutnya. Yaitu pasangan
yang saling mengingatkan dan mendoakan untuk kebaikan semesta.
0 komentar
mari berkomentar